Tanjungpinang — Geliat semangat pemuda dalam mencari jati diri dan makna hidup, sebuah gerakan dakwah muncul dengan nuansa yang lebih membumi dan dekat dengan anak muda. Majelis Hidup Cari Amal (HCA) KEPRI hadir sebagai oase baru di tengah rutinitas kehidupan kota Tanjungpinang.
Gerakan ini tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga ruang dialog santai, penuh makna, dan tentu saja, penuh semangat kebersamaan. Fenomena kebangkitan pemuda dalam dakwah di Kepulauan Riau (Kepri), khususnya Kota Tanjungpinang, menjadi latar lahirnya majelis ini.
“Kita perlu berjamaah dalam usaha dakwah dan ibadah, ini agar kita bisa saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan menegur dalam hal keburukan, semoga majelis baru ini bisa diterima dan bermanfaat untuk media dakwah pemuda dan masyarakat Tanjungpinang,” ujar Ustad Abdurrahman Malik Al Hafidz, pimpinan Majelis HCA KEPRI yang juga merupakan imam masjid depan Polresta Tanjungpinang, saat ditemui seusai kajian, Rabu(18/6/2025).
Konsep kajian di majelis ini tidak seperti pengajian konvensional pada umumnya. Setelah kajian ilmu, para peserta berdiskusi hangat, ditemani secangkir kopi yang menjadi perekat kebersamaan. Lokasi kajian saat ini berlangsung di markas HCA yang berlokasi di Ganet, dan juga dapat diikuti melalui live streaming di Facebook, sehingga menjangkau lebih banyak kalangan.
Dari tempat berbeda, sang pendiri sekaligus pengasuh Majelis HCA KEPRI, Said Subhan Chandra Fani atau akrab disapa Habib Chandra, menyampaikan tekad kuatnya untuk terus memberi manfaat bagi masyarakat.
“Dunia Sementara Akhirat Selamanya, kita semua pasti mati, jadi selama hidup mari kita cari amal, sesuai nama majelis kami, Hidup Cari Amal (HCA),” tutup Habib Chandra penuh makna.
Dengan pendekatan yang lebih santai namun tetap syar’i, Majelis HCA KEPRI menjadi ruang baru bagi generasi muda untuk belajar, tumbuh, dan berdakwah tanpa harus merasa terasing dari lingkungan sosialnya. Sebuah upaya segar yang membuktikan bahwa dakwah bisa hadir dalam bentuk yang lebih akrab dan menyenangkan, tanpa kehilangan esensi utamanya. (Red)